Berbenah diri
“kelak akan datang suatu zaman dimana kalian bagaikan makanan lezat yang terhidang di atas meja, kemudian di perebutkan, di cabik dan dilahap oleh orang-orang yang lapar, jumlah kalian sangat banyak tetapi kualitasnya bagaikan buih. Karena dalam jiea kalian ada punyakit hubbud dunya wa karohiyatul maut (cinta dunia dan takut mati)” AL-HADISSabda Rosulullah SAW seakan menohok jantung dan memotret bopeng wajah kita secara Close Up. Sungguh jumlah umat islam sangat banyak dan kekayaan sumber daya alamnya berlimpah. Tetapi secara budaya kita ter jajah. Bahkan cara berpikir kita dirasuki penyakit wain. yaitu penyakit batin yang menumbuhkan jiwa pengecut,pemalas,danberhayal agar segala sesuatu bisa terjadi tampa kerja keras dan kerja cerdas.
Hubbud dunya. Mungkin dapat ditapsirkan sebagai umat yang terpenjara dalam kakinian dan tidak punya kebranian untuk menatap masa depan. Meraka tidak minum alkohol,tetapi mereka meneguk kebodohan hingga mabuk tak mengenal jalan syariat.mereka tidak memakan babi tetapi melahap riba dan keserakahan duniawi sehingga doa-doanya terpasung .
Sedangkan yang dimaksud dengan karohiyatul maut ( takut mati ) dapat kita tapsirkan dengan terlena,malas dan tidak mau ber prestasi semangat untuk ber ijtihat dan jihat keilmuan telah tercabut dari jiwa kita masing-masing! Itulah sebabnya dimuka bumi ini kita menempati julah populasi yang sangat besar tapi tidak mampu memberikan warna pada peradaban. Kekayaan sumber alamnya dikuasai dan dinik mati para raja atau segelintir bangsawan untuk menik mati kelezatan fana dan menambah tinggi buih-buih kehidupan .
Tidak ada satupun raja yang harta kerajaan nya di infakkan untuk beyasiswa atau penelitian ilmiyah untuk kemajuan peradaban. Kita sanat prihatin karna dorongan dan fasilitas untuk menggairaikan ilmu pengetahuan dan teknologi terasa sayup-sayup, nyaris tak terdengar. Budaya eksploitasi telah terhenti, rasa ingintahu telah mati.
Sejarah pradaban telah mengubah semuanya, sudah mejadi hukum sejarah pula bahwa siapa yang kuat maka dialah pemenangnya, Orang-orang yang lemah akan menjadi budak zaman, tengok saja orang-orang yang kalah itu mereka mampu berbuat apa pun kecuali mengikuti kehendak yang tuannya.
Orang yang lemah akan merasa bangga bila menjadi bagian dari orang kuat, orang terjajah merasa menjadi “moderen” ketika mengikuti sipenjajah, adat budaya sendiri dianggap sebagai belenggu kemajuan. Untuk menjadi atau dianggap sebagai orang modern, banyak orang harus meniru cara budaya orangkuat. Maka lihatlah di hadapan kita, banyak di antara kita yang menjadi korban efek samping dari budaya modern, pakaian, cara bicara, bahkan moralitas semakin jauh dari agama. Dunia hedonis yang penuh dengan nuansa materialism menawarkan sebuah fatwa baru, yaitu “jur hancur, curang menang, kaya di puja, miskin di cerca”.
Televise sebagai “tuhan baru” tampil sebagai salesman budaya yang paling di puja, para pemirsa seakan tidak berdaya mengon sumsi tayangan-tayangan mereka yang semata-mata berorentasi pada bisnis semata, memang konon ada nuansa “islami” selama bulan Ramadan , gairah islami seakan hanya tampil setiap bulan Ramadan dan sebelas bulan brikutnya bukan milik kita.
Mungkin dari beberapa penuturan diatas bisa menggam barkan keadaan umat islam saat ini, yang hanyut dalam arus globalisali. Marilah kita bersama-sama berbenah diri, bangun dari alam mimpi, tegak bersama berdiri, beranikan diri menatap masa depan yang menanti, tuk kembali melanjutkan misi nabi, menjadikan islam rahmatan lil alamin.
Zulfa bulkiyah
&
Siti jalilah XII IPA B

comment 0 komentar