RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) KURIKULUM 2013
Nama Sekolah/Madrasah :
Madrasah Aliyah
Mata Pelajaran : Akidah Akhlak
Kelas/Smt : Sepuluh (X) / Ganjil
Materi
Pokok : Akidah Islam
Alokasi Waktu : 30x1
A.
Kompetensi
Inti (KI)
KI-1
: Menghayatidan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya.
KI-2:
Mengembangkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotongroyong , kerjasama, cinta damai. Responsip dan pro aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
KI-3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual,
konsepteptual, procedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban
terkait fenomena kejadian memecahan
serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI-4: Mengolah , menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri dan mampumenggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
1.5. Menunjukkan sikap penolakan terhadap akhlak tercela (hubbun-dun-ya, pasad,
takabur/ujub, riya’)
2.5. Menghindarkan diri dari sifat-sifat buruk (hubbun-dun-ya,
pasad, takabur/ujub, riya’)
3.5. Menganalisis induk-induk akhlak tercela (hubbun-dun-ya, pasad,
takabur/ujub, riya’)
3.4.1 Mendefinisikan sifat (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
3.4.2 Mendiskripsikan sifat (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
3.4.3 Menjelaskan
keutamaan sifat (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
3.4.4 Menyimpulkan
keutamaan sifat (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
4.5. Menunjukkan contoh-contoh akhlak tercela (hubbun-dun-ya, pasad,
Takabur/ujub, riya’)
4.4.1. Mempresentasikan keuatamaan sifat (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
C. Tujuan
Pembelajaran
1.
Setelah
mengamati, menanya, mengekplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan, siswa dapat
merumuskan pengertian akhlak tercela,
menyebutkan dalil akhlak , ciri ciri akhlak tercela (hubbun-dun-ya, hasad,
kibr-ujub, riya`)
2.
Setelah
mengamati, menanya, mengekplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan,
siswa dapat menyebutkan bahaya akhlak tercela, cara menghindari
akhlak tercela (hubbun-dun-ya, hasad, kibr-ujub, riya`)
D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok)
AKIDAH ISLAM
Pengantar
Akidah dalam istilah Islam yang
berarti iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap
sebagai salah satu akidah. Pondasi akidah Islam didasarkan pada hadits
Jibril, yang memuat definisi Islam, rukun Islam, rukun
Iman, ihsan dan peristiwa hari akhir.
Dalam
bahasa Arab akidah berasal dari kataal-‘aqdu yang berarti
ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang
kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan),
dan ar-rabthu biquw-wah yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan
menurut istilah dan terminologi, akidah adalah iman yang teguh dan
pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Jadi,
Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti
kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya,
beriman kepada para malaikatNya, rasul-rasulNya,kitab-kitabNya, hari
Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih
tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman
kepada apa yang menjadi ijma’ (konsensus) dari salafush shalih,
serta seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara
amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih
serta ijma’ salaf as-shalih
PEMBAHASAN
Pengertian
Akidah.
Kata "‘Aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraamal-ihkam (pengesahan), (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
Dalam
bahasa Arab akidah berasal dari kata al-'aqdu (الْعَÙ‚ْدُ)
yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (التَّÙˆْØ«ِÙŠْÙ‚ُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat,
al-ihkaamu (اْلإِØْÙƒَامُ) yang artinya mengokohkan
(menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْØ·ُ
بِÙ‚ُÙˆَّØ©ٍ) yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi), akidah adalah iman yang teguh dan
pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
"Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89).
Akidah (Bahasa Arab: اَÙ„ْعَÙ‚ِÙŠْدَØ©ُ; transliterasi: al-'AqÄ«dah) dalam istilah Islam yang berarti iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu akidah. Pondasi akidah Islam didasarkan pada hadits Jibril, yang memuat definisi Islam, rukun Islam, rukun Iman, ihsan dan peristiwa hari akhir.
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu'jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).
Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.
Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman kepada para malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus) dari salafush shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' salaf as-shalih.
Pengertian Akidah menurut istilah ialah kepercayaan yang pasti dan keputusan yang muktamat tidak bercampur dengan syak atau keraguan pada seseorang yang berakidah sama ada akidah yang betul atau sebaliknya
Pengertian AQidah Islam ialah kepercayaan dan keyakinan terhadap Allah dengan menyakini tentang :
"Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89).
Akidah (Bahasa Arab: اَÙ„ْعَÙ‚ِÙŠْدَØ©ُ; transliterasi: al-'AqÄ«dah) dalam istilah Islam yang berarti iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu akidah. Pondasi akidah Islam didasarkan pada hadits Jibril, yang memuat definisi Islam, rukun Islam, rukun Iman, ihsan dan peristiwa hari akhir.
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu'jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).
Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.
Jadi, Akidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepadaNya, beriman kepada para malaikatNya, rasul-rasulNya, kitab-kitabNya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma' (konsensus) dari salafush shalih, serta seluruh berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' salaf as-shalih.
Pengertian Akidah menurut istilah ialah kepercayaan yang pasti dan keputusan yang muktamat tidak bercampur dengan syak atau keraguan pada seseorang yang berakidah sama ada akidah yang betul atau sebaliknya
Pengertian AQidah Islam ialah kepercayaan dan keyakinan terhadap Allah dengan menyakini tentang :
- Iman kepada Allah
- Iman Kepada Malaikat
- Iman Kepada Kitab-Kitab
- Iman Kepada Rasul-Rasul
- Iman Kepada hari Akhirat
- Iman Kepada Qadar Baik Dan
Buruk
Berdasarkan pengertian-pengertian di
atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau
keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib
dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.
Pengertian Akhlak.
Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [خلق] jamaknya [أخلاق] yang artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.
Dasar Akidah Akhlak
Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan sumber-sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Al Qur’an dan Al Hadits adalah pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya suatu perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan utama adalah Al Qur’an dan. Ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW, Siti Aisyah berkata.” Dasar aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al Qur’an.”
Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut dikatakan dalam Al Qur’an. Karena Al Qur’an merupakan firman Allah, maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap muslim.
Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16
disebutkan yang artinya “Sesungguhnya telah datang kepadamu rasul kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan dan banyak
pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahayadari Allah dan
kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan izinNya, dan menunjuki meraka ke jalan yang lurus.”
Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah AlHadits atau Sunnah Rasul. Untuk memahami Al Qur’an lebih terinci, umat Islam diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang muslim).
Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah AlHadits atau Sunnah Rasul. Untuk memahami Al Qur’an lebih terinci, umat Islam diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang muslim).
Istilah Lain Tentang Aqidah.
Ada beberapa istilah lain yang semakna atau hampir semakna dengan istilah aqidah yaitu
- Iman, iman itu menurut Jahmiah
dan Asy’ariyah adalah membenarkan dalam hati maka iman adalah sinonim dari
aqidah.
- Tauhid artinya mengesakan.
Ajaran tauhid adalah tema sentral aqidah dan iman, oleh sebab itu aqidah
dan iman diidentikkan juga dengan istilah tauhid.
- Ushuluddin artinya pokok-pokok
agama. Aqidah, iman dan tauhid disebut juga ushuluddin karena ajaran
aqidah merupakan pokok-pokok ajaran agama islam.
- Ilmu Kalam, kalam artinya
berbicara, atau pembicaraan.
- Fikih Akbar artinya fikih
besar, istilah ini muncul berdasarkan pemahaman bahwa tafaqquh fiddin yang
diperintahkan Allah SWT dalam surah At-taubah ayat 122, bukan hanya
masalah fikih tentu dan lebih utama masalah aqidah. Untuk membedakan
dengan fikih dalam masalah hukum ditambah denagn kata akbar, sehingga menjadi
fikih akbar.
Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah.
Akidah islam berawal dari keyakinan kepada zat mutlak yang maha esa yaitu Allah SWT. Menurut sistematika Hasan al-Banna maka ruang lingkup pembahasan aqidah adalah :
Akidah islam berawal dari keyakinan kepada zat mutlak yang maha esa yaitu Allah SWT. Menurut sistematika Hasan al-Banna maka ruang lingkup pembahasan aqidah adalah :
- Illahiyat yaitu pembahasan
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ilah (Tuhan, Allah) seperti
wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, dll..
- Nubuwat yaitu pembahasan
tentang segala sesuatu yang berhubungan denagn Nabi dan Rasul, termasuk
pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mu’jizat, karamat, dan lainnya.
- Ruhaniyat yaitu pembahasan
tentang segala sesuatu yang berhubungan denagn alam metafisik seperti
Malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh, dan lainnya.
- Sam’iyyat yaitu pembahasan
tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’I (dalil nagli
berupa Al-qur’an dan sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur,
tanda-tanda kiamat, surge, neraka, dan lainnya.
Di samping sistematika di atas,
pembahasan aqidah bisa juga mengikuti sistematika arkanul iman yaitu :
- Iman kepada Allah SWT yaitu
membenarkan dengan yakin akan adanya Allah SWT serta keesaannya dan segala
sifat-sifatnya.
- Iman kepada Malaikat yaitu
percaya bahwa malaikat itu ada dan merupakan hamba Allah SWT yang paling
setia.
- Iman kepada kitab-kitab Allah
yaitu percaya bahwa kitab-kitab yang di wahyukan kepada para Nabi dan
Rasul merupakan wahyu Allah SWT
- Iman kepada Nabi dan Rasul
yaitu yakin pada Nabi dan Rasul bahwa merupakan rukun iman ke-empat.
- Iman kepada hari akhir yaitu
percaya bahwa kelak ketika sangkakala dibunyikan maka hari akhir pun akan
tiba.
- Iman Kepada Qada dan Qadar aitu
percaya akan adanya sebab-akibat atau takdir yang hanya Allah yang tahu
itu.
Sumber aqidah islam adalah al-qur’an dan sunnah. Artinya apa saja yang
disampaikan oleh Allah SWT dalam Al-qur’an dan oleh Rasulullah dalam sunnahnya
wajib diimani (diyakini dan diamalkan).
Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba kalau diperlukan membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan oleh al-qur’an dan sunnah. Itu pun harus didasari dengan kesadaran bahwa kemampuan akal semua makhluk Allah SWT sangat terbatas. Akal tidak akan menjangkau masail ghaibiyah (masalah ghaib), bahkan akal tidak akan mampu menjangkau sesuatu yang tidak terkait dengan ruang dan waktu.
Akal pikiran tidaklah menjadi sumber aqidah tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba kalau diperlukan membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan oleh al-qur’an dan sunnah. Itu pun harus didasari dengan kesadaran bahwa kemampuan akal semua makhluk Allah SWT sangat terbatas. Akal tidak akan menjangkau masail ghaibiyah (masalah ghaib), bahkan akal tidak akan mampu menjangkau sesuatu yang tidak terkait dengan ruang dan waktu.
Tujuan Mempelajari Akidah Islam.
Untuk mengetahui petunjuk hidup yang benar dan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah sehingga hidup untuk mencari keridhaan Allah SWT. Untuk menghindarkan diri dari pengaruh kehidupan yang sesat atau jauh dari petunjuk hidup yang benar.
- Dapat Meningkatkan ibadah
kepada Allah
- Dapat Membersihkan akal dan
pikiran untuk ketenangan jiwa
- Dapat mengikuti para rasul akan
tujuan dan perbuatannya.
- Dapat beramal baik hanya
semata-maya karna ALLAH SWT
- Dapat Ikhlas Dan Selalu
menegakkan agamanya serta memperkuat tiang penyanggahnya.
- Mengharapkan kebahagiaan dunia
dan akhirat.
"Sesungguhnya orang-orang yang
beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (Al Hujurat 15).
Nabi Muhammad Bersabda: "Orang Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Dan pada masing-masing terdapat kebaikan. Bersemangatlah terhadap sesuatu yang berguna bagimu serta mohonlah pertolongan dari Allah dan jangan lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu, maka janganlah engkau katakan: Seandainya aku kerjakan begini dan begitu. Akan tetapi katakanlah: Itu takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki Dia lakukan. Sesungguhnya mengandai-andai itu membuka perbuatan setan." (Muslim).
Pengertian Dan Tujuan Akidah. islam selalu menganjurkan untuk selalu meyakini dan mengimani apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam Alquran Dan Sesungguhnya orang yang mengikuti sebuah jalan kehidupan yang penuh kesesatan adalah karna kurangnya pemahaman tentang Akidah.
Aqidah akhlak harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan aqidah akhlak tersebut. Adapun tujuan aqidah akhlak itu adalah :
a). Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak lahir.
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia terdorong mengakui adanya Tuhan. Firman Allah dalam surah Al-A’raf ayat 172-173 yang artinya “Dan (Ingatlah), ketika Tuhanmu menguluarkan kehinaan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka, seraya berfirman: “Bukankah Aku ini Tuhanmu? “, mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami jadi saksi” (Kami lakukan yang demikian itu), agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan tuhan)” atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?” Dengan naluri ketuhanan, manusia berusaha untuk mencari tuhannya, kemampuan akal dan ilmu yang berbeda-beda memungkinkan manusia akan keliru mengerti tuhan. Dengan aqidah akhlak, naluri atau kecenderungan manusia akan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang dengan benar
b). Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia.
Seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu, perwujudan dari pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi tujuan dalam aqidah akhlak.
c).Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan.
Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh aqidah akhlak agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.
Nabi Muhammad Bersabda: "Orang Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Dan pada masing-masing terdapat kebaikan. Bersemangatlah terhadap sesuatu yang berguna bagimu serta mohonlah pertolongan dari Allah dan jangan lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu, maka janganlah engkau katakan: Seandainya aku kerjakan begini dan begitu. Akan tetapi katakanlah: Itu takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki Dia lakukan. Sesungguhnya mengandai-andai itu membuka perbuatan setan." (Muslim).
Pengertian Dan Tujuan Akidah. islam selalu menganjurkan untuk selalu meyakini dan mengimani apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam Alquran Dan Sesungguhnya orang yang mengikuti sebuah jalan kehidupan yang penuh kesesatan adalah karna kurangnya pemahaman tentang Akidah.
Aqidah akhlak harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan aqidah akhlak tersebut. Adapun tujuan aqidah akhlak itu adalah :
a). Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak lahir.
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia terdorong mengakui adanya Tuhan. Firman Allah dalam surah Al-A’raf ayat 172-173 yang artinya “Dan (Ingatlah), ketika Tuhanmu menguluarkan kehinaan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka, seraya berfirman: “Bukankah Aku ini Tuhanmu? “, mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami jadi saksi” (Kami lakukan yang demikian itu), agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan tuhan)” atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?” Dengan naluri ketuhanan, manusia berusaha untuk mencari tuhannya, kemampuan akal dan ilmu yang berbeda-beda memungkinkan manusia akan keliru mengerti tuhan. Dengan aqidah akhlak, naluri atau kecenderungan manusia akan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang dengan benar
b). Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia.
Seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu, perwujudan dari pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi tujuan dalam aqidah akhlak.
c).Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan.
Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh aqidah akhlak agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.
Pembagian akidah tauhid.
Walaupun masalah qadha' dan qadar menjadi ajang perselisihan di kalangan umat Islam, tetapi Allah telah membukakan hati para hambaNya yang beriman, yaitu para Salaf Shalih yang mereka itu senantiasa menempuh jalan kebenaran dalam pemahaman dan pendapat. Menurut mereka qadha' dan qadar adalah termasuk rububiyah Allah atas makhlukNya. Maka masalah ini termasuk ke dalam salah satu di antara tiga macam tauhid menurut pembagian ulama:
- Tauhid Al-Uluhiyyah,
(al-Fatihah ayat 4 dan an-Nas ayat 3), Mengesakan Allah dalam ibadah,
yakni beribadah hanya kepada Allah dan karenaNya semata.
- Tauhid Ar-Rububiyyah,
(al-Fatihah ayat 2, dan an-Nas ayat 1), Mengesakan Allah dalam
perbuatanNya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang
mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.
- Tauhid Al-Asma' was-Sifat, mengesakan
Allah dalam asma dan sifatNya, artinya mengimani bahwa tidak ada makhluk
yang serupa dengan Allah, dalam dzat, asma maupun sifat.
Iman kepada qadar adalah termasuk
tauhid ar-rububiyah. Oleh karena itu Imam Ahmad berkata: "Qadar adalah
kekuasaan Allah". Karena, tak syak lagi, qadar (takdir) termasuk qudrat
dan kekuasaanNya yang menyeluruh. Di samping itu, qadar adalah rahasia Allah
yang- tersembunyi, tak ada seorangpun yang dapat mengetahui kecuali Dia,
tertulis pada Lauh Mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita
tidak tahu takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk
makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang benar.
Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40.
Tauhid itu ada tiga macam, seperti yang tersebut di atas dan tidak ada istilah Tauhid Mulkiyah ataupun Tauhid Hakimiyah karena istilah ini adalah istilah yang baru. Apabila yang dimaksud dengan Hakimiyah itu adalah kekuasaan Allah, maka hal ini sudah masuk ke dalam kandungan Tauhid Rububiyah. Apabila yang dikehendaki dengan hal ini adalah pelaksanaan hukum Allah di muka bumi, maka hal ini sudah masuk ke dalam Tauhid Uluhiyah, karena hukum itu milik Allah dan tidak boleh kita beribadah melainkan hanya kepada Allah semata. Lihatlah firman Allah pada surat Yusuf ayat 40.
Makna Aqidah Islamiyyah.
Maknanya adalah keimanan yang pasti teguh dengan Rububiyyah Allah Ta'ala, Uluhiyyah-Nya, para Rasul-Nya, hari Kiamat, takdir baik maupun buruk, semua yang terdapat dalam masalah yang ghaib, pokok-pokok agama dan apa yang sudah disepakati oleh Salafush Shalih dengan ketundukkan yang bulat kepada Allah Ta'ala baik dalam perintah-Nya, hukum-Nya maupun ketaatan kepada-Nya serta meneladani Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam.
Jika disebutkan secara mutlak, maka yang dimaksud adalah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, karena itulah pemahaman Islam yang telah diridhai oleh Allah sebagai agama bagi hamba-Nya. Aqidah Islamiyyh adalah aqidah tiga generasi pertama yang dimuliakan yaitu generasi sahabat, Tabi'in dan orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Nama lain Aqidah Islamiyyah.
Menurut Ahlus Sunnah wal Jama'ah, sinonimnya aqidah Islamiyyah mempunyai nama lain, di antaranya, at-Tauhid, as-Sunnah, Ushuluddiin, al-Fiqbul Akbar, Asy-Syari'iah dan al-Iman. Nama-nama itulah yang terkenal menurut Ahli Sunnah dalam ilmu ‘aqidah.
Nilai Karakter
|
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa
aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang
muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap
muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. Sebagai
Dasar Pengetahuan Bagi Orang Beriman
Aqidah seorang muslim sejati selalu mengambil contoh dari perbuatan Nabi Muhammad saw, mulai dari hal-hal kecil seperti makan, minum, mandi, tidur dan tidak mengambil panutan dari figur yang lain. Islam adalah agama yang paling sempurna dan hanya agama Islamlah agama yang diridhai Allah swt:
الْÙŠَÙˆْÙ…َ Ø£َÙƒْÙ…َÙ„ْتُ Ù„َÙƒُÙ…ْ دِينَÙƒُÙ…ْ ÙˆَØ£َتْÙ…َÙ…ْتُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ Ù†ِعْÙ…َتِÙŠ Ùˆَرَضِيتُ Ù„َÙƒُÙ…ُ الْØ¥ِسْÙ„َامَ دِينًا
“Pada
hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-sempurnakan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam sebagai agama bagimu.”(QS : Al Maidah : 3).
Aqidah
Islam adalah Aqidah yang paling benar dan akan membawa kepada
kebahagiaan serta keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
E. Metode Pembelajaran
(Rincian dari Kegiatan Pembelajaran)
1. Diskusi,membagi siswa dalam beberapa kelompok,
menunjuk salah seorang siswa menjadi
moderator, seorang menjadi notulis dan seorang menjadi juru bicara. Setelah
diskusi masing-masing kelompok mempresentasikan kesimpulan didepan kelas.
2. Tanya jawab, guru membagikan beberapa pertanyaan terkait dengan materi ajar, setiap
bangku diberikan tiga pertanyaaan untuk dijawab bersama teman sebangku, bagi
mereka yang sudah selesai diberikan kesempatan untuk menyampaikan jawabanya
didepan kelas.
3. Resitasi: guru memberikan tugas mandiri kepada seluruh
siswa untuk mengakses internet dirumah, mencari bahan bacaan tentang tujuan dan
fungsi al-Qur’an diturunkan, kemudian mesume dan memberikan komentar
seperlunya.
F. Media, Alat, dan Sumber
Pembelajaran
1. Media
Menyajikan Peta Konsep tentang Akhlak
tercela
2. Alat/Bahan
- Laptop, LCD Proyektor, Slide
3. Sumber Belajar
- Buku Ajar siswa Akidah Akhlak Kelas X
- Departemen Agama,
Al-Qur’an dan terjemahannya
- Modul hasil karya
Musyawarah Guru Akidah Akhlak
KESIMPULAN
Aqidah
artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan.
Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan
keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya
pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa:
Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu'jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).
Aqidah
menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan
diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat
digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain
disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya,
yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang
bersih dari kebimbangan dan keraguan.
Sementara kata “akhlak” juga berasal
dari bahasa Arab, yaitu [خلق] jamaknya [أخلاق] yang artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral
atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan
budi pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada
diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.
Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut
akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi
apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka
disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.
DAFTAR ISI
I.
RPP……………………………………………………………….1
II.
Metode Yang
Digunkan…………………………………………2
Diskusi……………………………………………………………3
Tanya
jawab………………………………………………………4
Resitasi……………………………………………………………5
III.
Kesimpulan……………………………………………………….6
IV.
Daftar Isi………………………………………………………….7
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pendekatan/Strategi = Diskusi
“suatu cara penyajian bahan
pengajaran dengan guru memberikan kesempatan kepada siswa atau
kelompok-kelompok untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun ke berbagai
alternatif pemecahan suatu masalah.
|
Pertemuan Pertama
Kegiatan
|
Deskripsi Kegiatan
|
Waktu
|
Pendahuluan
|
10’
|
|
|
1) Mengajak semua siswa untuk berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa
|
|
|
2) Menyapa kondisi
kelas danmengkomunikasikan tentang kehadiran siswa
serta kebersihan kelas
|
|
|
3) Guru mengajak siswa tadarrus
bersama surat-surat pendek atau ayat-ayat pilihan
|
|
|
4) Guru menyampaikan tujuan belajar yang akan
dipelajari
|
|
|
5) Guru mengajak siswa untuk menentukan metode dan
kontrak belajar
|
|
Kegiatan Inti
|
65’
|
|
|
1). Mengamati
·
Guru membagi
kelas menjadi empat
kelompok dan membagikan Peta Konsep
·
Guru
mempersilahkan siswa untuk mengamati Peta Konsep sesuai dengan tema yang
ditentukan dengan tujuan masing-masing kelompok dapat menyimpulkan
|
|
|
2) Menanya
Siswa disilahkan bertanya pada teman lain
atau bertanya secara langsung pada guru, terkait dengan Peta Konsep ataupun
materi pembelajaran.
|
|
|
3)
Mengeksplorasi/mengumpulkan
data/mengeksperimen
Masing-masing kelompok membaca materi atau
mencari materi di buku lain atau internet dan mendiskusikan isi materi yang
sudah didapatkan
|
|
|
4)
Mengasosiasi
Siswa bersama anggota kelompoknya diminta
untuk mengkaitkan materi yang didiskusikan dengan kehidupan sehari-hari dan menyimpulkanya
|
|
|
5)
Mengkomunikasikan
Setiap kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya didepan kelas dan memajang hasil kesimpulan diskusi yang sudah
diperbaiki di papan pajangan
|
|
Kegiatan
Menutup
|
15’
|
|
|
1) Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
|
|
|
2) Guru memberikan penguatan materi ajar
|
|
|
3) Guru memberikan tugas untuk mencari bahan bacaan
sesuai materi ajar “Akhlak Tercela”
|
|
|
4) Guru bersama-sama siswa membaca doa penutup majlis
|
|
Pertemuan Pertama
Kegiatan
|
Deskripsi Kegiatan
|
Waktu
|
Pendahuluan
|
10’
|
|
|
1) Mengajak semua siswa untuk berdoa yang dipimpin oleh salah satu siswa
|
|
|
2) Menyapa kondisi
kelas danmengkomunikasikan tentang kehadiran siswa
serta kebersihan kelas
|
|
|
3) Guru mengajak siswa tadarrus
bersama surat-surat pendek atau ayat-ayat pilihan
|
|
|
4) Guru menyampaikan tujuan belajar yang akan
dipelajari
|
|
|
5) Guru mengajak siswa untuk menentukan metode dan
kontrak belajar
|
|
Kegiatan Inti
|
65’
|
|
|
1). Mengamati
·
Guru meminta siswa mengamati Gambar orang yang berhungan dengan (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
·
Siswa menyimak pengantar dari guru mengenai (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’) secara umum
|
|
|
2) Menanya
·
Siswa memberi
komentar atau menanya terhadap gambar yang diamati.
·
Guru
mempersilahkan siswa lain untuk menanggapai pertanyaan temannya
·
Guru memberi
tanggapan atas pertanyaan dan tanggapan dari siswa.
|
|
|
3)
Mengeksplorasi/mengumpulkan
data/mengeksperimen
·
Guru
meminta siswa mencari sumber informasi berkaitan dengan (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
·
Siswa
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber termasuk media cetak dan
elektronik tentang (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
|
|
|
4)
Mengasosiasi
·
Guru
meminta siswa untuk merumuskan kembali hasil temuan dari beberapa sumber
belajar tentang (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
·
Guru
meminta siswa untuk menganalisis hasil temuannya berkaitan dengan (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
|
|
|
5)
Mengkomunikasikan
·
Siswa
mempresentasikan kesimpulan berdasarkan hasil temuan penggaliannya
·
Siswa
menyampaikan hasil belajar atau hasil temuan
tentang (ḥubbud-dun-ya, ḥasad, takabur/ujub, riya’)
|
|
Kegiatan
Menutup
|
15’
|
|
|
1) Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
|
|
|
2) Guru memberikan penguatan materi ajar
|
|
|
3) Guru memberikan tugas untuk mencari bahan bacaan
sesuai materi ajar “Akhlak Tercela”
|
|
|
4) Guru bersama-sama siswa membaca doa penutup majlis
|
|
H.
Penilaian
Tes tulis:
uraian objektif
Performance
(praktek)
Lampiran
1. Instrument
penilaian dengan pedoman penskoran
2. Instrumen
penilaian sikap
3. Instrumen
penilaian pengetahuan ( tes tulis)
4. Instrumen
penilaian ketrampilan (tes performance)
Mengetahui
Kepala
......................
|
|
.............,.......................
Guru Mapel
|
......................................
|
|
..........................
|
comment 0 komentar