puisi aris vanjava - Tempat Berbagi Ilmu

puisi aris vanjava


tuhan alangkah indahnya dia
hingga sajak-sajak puisiku takmampu melukisnya
kecantikanya membisukan waktuku
aku tenggelam dalam kecantikanya
                salahkah sanubari ini
                jika aku anngap ia bidadari yang terlahir ke bumi
dustakah panggilanku katakana dia sempurna
tuhan ampunilah dosa hamba
jiwa ini selalu tergoda
wajahnya yang selalu membisikan rayuan dalam hayalku.
Parasnya bagai belah yang mengiris keindahan cinta
Dalam hati
Tatap matanya bagai mawar duri menusuk
Relung jantungku hingga luka menjadi cinta
                Pagi, hidangkan pandanya tentang kasih sayangku dengan sinarmu
                Malam, mimpikanlah tentang pujian rinduku dalam lelap tidurnya
               
Tuhan
Tak akan ada dia tanpa namanya
Tak akan berarti hidupku tanpanya
Aku mencintainya
Izinkanlah takdirmu untuk dia
Mencintaiku





                sehabis hujan tak ada lagi jejak yang dulunya berbisik tentangmu kasih
                tentang air mata yang terpelihara, tentang lidah yang menjilat luka dan duka,
                tentang ke angkuhan dan kemuakan yang yang tertata, tentang rumahku,
                inilah itu dia kasihku, setelah kau berkabar terkapar di petikan ambisi dan emosi
memuntah sajak-sajak ludah digerbang yang yang tak aku kenali dan aku
sebelum kenal kau kasihku, akulah aku kasihku tak diaku
lalu kau terkabur sebelum senja
dan amat-amat kita sedbelum dewasa telah hilang susu bunda
                benak air laut mulai memberontak sertakan ombak yang
tak bersahabat, aku berlari dalam gua tuk
bersembunyi dari rasa kecew, rasa yang begitu pedih
dan rasa dikhianati.
Dalam hatiku ku lukiskan lekukan alismu yang berparas putri salju
Dan senyuman madumu mampu membungkamkan dan membuatku bisu
Aku terdampar dalam samdra yang terbentang
Sedalam mutiara dalam lautan
                Anak-anak kita setengah berusia berlarian kecil di pantai, lalu engkau
                Smbunyi di gemuruh ombak, dan aku hanyalah batu karang yang
                Selalu kau hantam tanpa lelah, anak-anak kita mengira inilah desir angin yang
Menyenengkan seruling semesta yang mesti merasa, kasih mari ita kembali

Dalam cinta dan kasih saying.