Jakarta adalah ibu Negara Indonesia . siapa yang tidak
pernah mendengar kata Jakarta,mungkin Cuma 0.01%rakyat Indonesia yang tak
pernah mendengar kata Jakarta, itupun dikarnakan dia hidup di pedalaman hutan
belantara. Tpi bag para penduduk desa kata Jakarta sangatlah lumrah di dengar.
Jakrta kota dengan seribupesoan sangatlah mengarik para penduduk desa, lebih-lebih sehabis lebaran,
kota yang menjadi tujuan utama arus urbanisasi. Ya.. jakrta setiap tahunnya
selalu menjadi magnit terkuwat untuk menarik para penduduk desa yang mencari nafkah. Dan bias
di pastikan setiap habis libur lebaran Jakarta selalu di banjiri para
pendatang-pendatang baru yang ingin mengadu nasip di dalamnya. Mungkin dalam
benak para pendatang hidp di Jakarta sangatlah enak, gampang mendapat kerja,
fasilitas serba ada, tapi khayalan itu Cuma milik para pendatang yang tak
pernah tau Jakarta. Bagi yang sudah mengalaminya Jakarta bias menjadi mimpi
buruk dalam hidpnya, karna tak sedikit dari orang yang dating mengadu nasib
kejakarta bukan pas semakin sejahtera tapi semakin sengsara, Jakarta unkin
indah bagi para pengusaha, wakl rakyat, knglumerat, dan para penguasa, itu
karna mereka sudah mempunya pandangan kedepanya. Berbanding terbalik dengan
orang desa yang hanya bermodal tekat dating kejakarta, Jakarta menjadikannya
sarang sengsara, ya karna mereka datang ke Jakarta Cuma bermodal mental belaka,
tak memunya keterampilan maupun dana, alih-alih mau sejartera, tapi sesak yang
ada, hutang makin menumpuk biaya hidup yang semakin tinggi, pesaigan yang
sangat ketat, dan masih banyak masalah yang ada. Mukin bagi mereka yang sadar
hidup di desa sangatlah enak, itu karna mereka menyadari bahwa lapangan kerja,
dan potensi desa yang masih sangat banyak tak terjamah. Dan di desa pesaingan
tak sesulit di Jakarta. Tapi terkadang mereka yang masih tetap tinggal di
Jakarta walau keadaaan maki ta bersahabat itu karna mereka merasa sudah
terlambat untuk menyadarnya ata merasa sudah payah-payah kekota masak pulang
dengan tangan hampa.
Menurut
saya gambaran para pendatang terhadap Jakarta terlalu berlebihan, karna ketika
kita datang kejakarta tampa modal apa-apa maka Jakarta hanya akan menjadi
kuburan bagi mereka. Jadi dalam tuliasan pendek saya ini saya Cuma prihatin
dengan saudara-saudar yang terlalu optimistis terhadap kehidupan jaya di
Jakarta. Menurut saya lebih baik mengembangkan sumberdaya yang ada di desa,
karna peluang untuk hidup sejah tera sangatlah terbuka di desa. Ada kemungkinan
kemungkinan menga desa lambat sejahtera, karna jika kita melihat anggaran yang
di sediakan nega ntuk desa sangat lah besar, baik dari anggaran dana desa (dd)
mau pun dari aspet yang lain. Mungkin desa yang lambat pembangunannya bias di
karenakan para apratur desanya tak menyalurkan dana desanya secara utuh dalam
yang tian lebih banyak yang masuk kantung pribadi. Atau mungkin juga para
apratur desanya tak tau harus di gunakan untuk apa dana yang demikian banyak,
karna mereka kurang pengetahuan tentang pembangunan desa, shingga dana yang ada
mengendap sia-sia di kas desa, dan ada juga okum ketingga yang meman faat kan
saluran dana utuk kesejahteraan keluarga. Dan juga kurangnya pembinaan terhadap
masyarakat desa tentang pengembangan pembangunan desa baik secarekonomi,
pendidikan, sosial, dan budaya. Buktinya apa..?. buktinya ketiaka kita datang
kedesa kita terkadang tak menjumpai balai desa, kita Cuma menemukan tempat yang
di jastis sebagai balai dsa padahal itu Cuma rumah biasa yang digunakan sebagai
penganti balai desa untuk mengirit pengeluaran dana desa dan laigi-lagi itu
Cuma untuk kesejahteraan pribadi belaka.
Bukan hanya
itu banyak nya masyarakat desa yang datang ke Jakarta bisa kita jadikan
cerminan kehidupan kemakmuran yang ada di desa mereka masing-masing, sesudah
itu banyaknya problem yang akan di bawa oleh pendatng tesebut ke daerah yang
mereka singgahi, terbukti dengan semakin bertambahnya penduduk semakin sering
juga terjadi kemacetan, kekurangan lahan, baik lahan untuk tempat tinggal
maupun lahan pekerjaan.
Hal inilah
(urbanisasi) selalu menjadi kado tahunan bagi ibukotanegara.
Mari
kita bangun desa bersama-sama agar anak cucu kita tak usah sengsara di kota
orang. Marik kita satukan tektad bersama-sama bergerak melakun perubahan agar
kita bisa hidup sejahtera dan kita bisa bahagia tersenyum di hari tua nanti
karna anat cucu kita tinggal memetik buah dari hasil yang sudah kita tanam
selama ini. Salam pergerakan.
comment 0 komentar