Aku B
Oleh : Eunike Gloria
Tidak pernah kusadari bahwa menjadi
seorang diriku bisa menjadi sangat menyenangkan tapi sekaligus mengenaskan.
Menyenangkan karena aku dianugerahi bentuk yang sangat bagus sehingga banyak
yang memujiku.
Menyenangkan juga karena aku bisa mengamati
‘makhluk-makhluk malam’ melakukan segala aktifitasnya tanpa mereka sadari.
Mengenaskan juga karena terkadang aku terpaksa melihat ‘makhluk-makhluk malam’
itu melakukan sesuatu yang jahat seperti yang kulihat saat ini. Aku pernah
melihat sekelompok orang sedang merencanakan aksi untuk mengebom sebuah
sekolah. Aku juga pernah melihat seorang lelaki sekarat di tempat pembuangan
sampah karena OD. Dan saat ini, di dalam mobil mewah dengan atap terbuka, aku
terpaksa melihat seorang pria sedang menjamah-jamah tubuh seorang wanita yang
menurutku bukan wanita baik-baik.
Di saat yang sama inilah juga aku melihat
istri dari pria itu sedang menyelimuti anaknya yang baru berumur 4 tahun sambil
menangis. Sungguh mengerikan. Apakah ‘makhluk-makhluk malam’ itu tidak
menyadari bahwa perbuatannya itu sangat mengecewakan Penciptanya? yang… yah,
tentu saja Penciptaku juga. Aku mungkin tidak bisa memberikan suaraku terhadap
perbuatan mereka, tapi aku adalah saksi bisu dari perbuatan mereka. Aku…
Aaaahhh... Sudahlah. Ingin sekali rasanya meledak dan menghancurkan mereka
semua. Biarlah aku tidak hidup lagi, asal semua kejahatan itu bisa musnah.
“Tuhan, terima kasih buat matahari. Terima kasih buat
awan dan langit. Terima kasih buat bulan dan bintang. Terima kasih buat ayah
dan ibu. Terima kasih untuk kasih-Mu. Amin,”
Mendengar suara mungil itu, aku
langsung mengalihkan pandanganku. Seorang anak kecil berumur 4 tahun sedang
berdoa di pinggir jendela kamarnya yang ia biarkan terbuka sambil memeluk
bonekanya. Dia berterima kasih pada Pencipta karena telah menciptakanku?? Wow..
Selama 100 tahun aku mengamati makhluk-makhluk ini,
belum pernah kudapati seseorang yang
berterima kasih pada Pencipta karena telah menciptakanku. Mereka hanya sering
berkata :
“Bagus ya sinarnya..”
“Aku ingin pergi ke sana..”
“Kenapa bentuknya selalu berubah-ubah?? Keren ya..”
Aaahh.. Tenang sekali hatiku mendengar doa anak itu.
Pencipta pasti mendengarnya dan tersenyum senang. Tunggu dulu.. Bukankah anak
itu adalah anak dari pria mesum itu? Kurang ajar!!! Bocah kecil, buat apa
berterima kasih pada Pencipta karena telah memberi seorang ayah yang begitu
bejat? Ibumu lebih layak kau doakan dibanding ayahmu!! Kau pasti ikut menangis
bila melihat ibumu menangis karena perbuatan ayahmu. Sial!!! Bocah kecil, jika
aku sepertimu, aku memilih tidak punya ayah. Huh!!
Aku mengalihkan pandanganku lagi
setelah si bocah menutup tirai jendelanya. Di teras rumah itu, ayah si bocah
alias pria mesum itu tadi pulang dalam keadaan mabuk. Istrinya membukakannya
pintu dan mengajaknya ke dalam.
Fiuuuhhh.. Aku tidak tahu apa kelanjutannya.
Penglihatanku terbatas oleh dinding rumah yang tidak bisa kutembus. Tapi aku yakin,
Pencipta pasti melihatnya.
Di daerah yang jaraknya 80 km dari
rumah itu, aku melihat sekelompok anak-anak remaja berumur sekitar 18-an,
sedang bersenda gurau di sekeliling api unggun sambil bermain gitar. Yah,
lumayanlah. Sebagai penghibur setelah melihat kejadian yang menjengkelkanku.
Aku tersenyum senang melihat mereka memainkan gitar dan bernyanyi dengan sangat
indah. Kalo aku bisa menari di tengah-tengah mereka, pasti sudah kulakukan itu.
Aku juga tersenyum haru, saat seorang gadis berkata:
“Teman-teman, persahabatan kita ini
tidak akan pernah putus. Aku ingin kita sama-sama berjanji, bahwa kita akan
selalu bersama. Biar bulan dan bintang akan menjadi saksi kita,”
Kata-kata itu sangat indah. Persahabatan. Yah, sesuatu
yang seharusnya bersifat kekal. Karena sahabat yang baik lebih dari seorang
saudara. Mereka pun mengangguk
dan bergandengan teman sambil tetap bernyanyi. Sungguh
indah.
“TIDAAAAAAAKKKKK!!!!!!”
Hah?! Suara apa itu? Keras sekali bunyinya. Aku pun
langsung mencari sumber suara itu. Siapa yang berteriak itu? Aku terus mencoba
mencari dan akhirnya aku menemukan seorang wanita di atas balkon rumah. Ia
menangis tersedu-sedu dan seorang lelaki tampan di belakangnya memeluknya.
“Jangan sentuh aku!!!!!” teriak
wanita itu.
Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan tapi sepertinya
sesuat yang buruk sudah terjadi.
“Sayang, maafkan aku. Aku benar-benar
tidak sadar diri. Maafkan aku. Aku akan bertanggung jawab,” kata pria itu
lembut. Di dalam hati aku berharap, ia melakukan apa yang dikatakannya. Tidak
ada kata yang terucap, hanya tangisan dan penyesalan. Yah… Tugasku di tempat
ini sudah hampir selesai, sebentar lagi sahabatku akan menggantikanku.
Sebenarnya belum selesai, hanya berpindah posisi saja. Tapi menyenangkan sekali
mengamati
makhluk-makhluk itu. Dan saatnya, aku
mengamati mereka yang ada di belahan dunia yang lain. Pencipta, aku ingin tahu
kisah mereka selanjutnya. Kuatkan aku, agar aku tetap mampu memancarkan sinar
yang telah Engkau berikan padaku.
**
5 tahun kemudian…..
Sudah 5 tahun sejak aku tidak pernah
mengamati makhluk di daerah itu lagi. Yah.. Aku sibuk dengan banyak hal.
Terutama orbitku yang agak kacau ini. Untung, Pencipta masih memberiku
kesempatan untuk tetap bertugas, jadi aku sangat bersemangat mengamati mereka
lagi setelah sekian lama.
Aku mengalihkan pandanganku pada
rumah sebuah keluarga dengan kepalanya yang sangat menjengkelkan. Aku
penasaran, apakah dia masih sering bermain wanita di atas mobilnya. Tunggu…
Bocah itu sudah agak lebih besar, dan orang yang digandengnya adalah….
“Ayah, terima kasih sudah mengajakku
jalan-jalan. Besok pagi kita pergi ke gereja kan?” Tanya bocah itu yang
sekaligus menjawab pertanyaanku.
Gereja? Pria itu pergi ke gereja?
Sudah bertobat ya.. Lalu aku melihat sang istri meyambut mereka dari luar dan
memeluk mereka. Bahagia sekali rasanya. Aku penasaran apa yang telah terjadi.
Tapi aku harus bertanya pada siapa?
“Mungkin kau harus bertanya pada-Ku”
Sebuah suara yang sangat kukenal. Dan itu adalah…
“Pencipta?” tanyaku dengan suara yang
agak bodoh.
“Waktu
5 tahun, cukup membuatmu penasaran kan?” Tanya Pencipta setengah bergurau.
“Ya.. Aku heran kenapa bisa seperti
itu?” tanyaku lagi masih dengan rasa penasaran yang menggebu-gebu.
“Kau tahu? Selama 5 tahun bocah kecil
itu berdoa untuk orang tuanya. Dan selama 5 tahun itu juga, sang istri
mendoakan dan belajar mengampuni suaminya. Bukankah
itu indah?” Pencipta mengatakannya sambil tersenyum
hangat penuh kasih.
“Tentu saja. Tapi kenapa bisa? Sulit
sekali untuk melakukan itu..” tanyaku lagi terhera-heran.
“Aku yang merancang mereka, Aku yang
memberikan penolong bagi mereka, dan Aku yang melembutkan hati mereka untuk
dapat saling mengasihi,” kataNya lagi dengan penuh wibawa.
Aku selalu mengagumi Pencipta. Setiap kata-kataNya penuh
kasih dan kuasa.
“Tapi jangan salah, Aku juga
memberikan mereka kehendak bebas. Kau lihat sekelompok remaja yang pernah kau
lihat 5 tahun lalu itu. Janji yang mereka ucapkan tidak terbukti sampai
sekarang. Mereka saling menjatuhkan dan tidak ada kasih sama sekali,”
Aku pun melihat sekelompok anak remaja itu. Yah.. Mereka
tidak sekompak dulu lagi. Mereka sedang bertengkar di luar sebuah klub malam.
Bahkan salah satu dari mereka membawa senjata. Aku ngeri melihatnya.
“Pencipta, kenapa Kau biarkan itu terjadi?”
tanyaku lagi sambil ikut bersedih melihat kehancuran di antara mereka.
“Aku tidak membiarkan mereka. Aku
telah mencoba menegur mereka lewat orang tua mereka, lewat setiap kejadian yang
mereka alami. Tapi mereka memilih untuk seperti itu. Mereka punya kehendak
bebas. Aku sedih melihat mereka saling menghancurkan. Padahal, Aku memiliki
rencana yang luar biasa untuk mereka,”
Aku mengangguk-angguk mengerti. Yah..
makhluk-makhluk malam itu memang makhluk yang sangat kompleks. Tapi aku
mengerti mengapa Pencipta sangat mengasihi mereka. Meskipun memang tidak masuk
akal. Tapi itulah kasih yang sejati. Tidak pernah masuk akal.
“Pencipta, bagaimana dengan kedua
pasangan itu?” tanyaku lagi setelah mengingat bahwa 5 tahun yang lalu, aku juga
melihat kedua pasangan yang ada di balkon rumah itu.
“Sepertinya, kau harus melihat
sendiri,” kataNya tersenyum dan pergi kembali ke tahtaNya Hmmm.. Aku melihat
balkon rumah itu lagi. Masih sama. Tidak ada yang berubah. Aku melihat seorang
wanita sedang menggendong dan menyusui anaknya.
“Sayang, aku mencintaimu. Sebaiknya kita masuk, angin
malam tidak baik untuk anak kita,”
Kata seorang pria yang tiba-tiba datang dari dalam
rumah, memeluk wanita itu, dan menggiringnya masuk. Aku tersenyum. Akhir yang
bahagia untuk saat ini karena aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Segala
sesuatu memang tidak ada yang bisa menebak. Hanya Pencipta yang tahu dan Ia
tahu yang terbaik untuk makhluk-makhluk ciptaanNya itu. Aku memalingkan wajahku
dan siap untuk menceritakan kisah lain yang Pencipta telah siapkan. O ya,
namaku, B. Bulan.
comment 0 komentar